Anjuran Untuk Semangat Menuntut Ilmu


Anjuran Untuk Semangat Menuntut Ilmu 

Anjuran Untuk Semangat Menuntut Ilmu merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al Busty rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 9 Muharram 1440 H / 19 September 2018 M.
Download mp3 kajian sebelumnya: Orang Berakal Selalu Menjaga Hati dan Terus Mencari Ilmu

KAJIAN TENTANG ANJURAN UNTUK SEMANGAT MENUNTUT ILMU – KITAB RAUDHATUL UQALA WA NUZHATUL FUDHALA

Wajib atas orang yang berakal untuk menuntut ilmu yang paling utama dari ilmu tersebut. Yaitu ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Berupa ilmu 
tauhid, mengenal nama dan sifat Allah subhanahu wa ta’ala, mengenal hak-hak Allah (ibadah), demikian pula hak-hak yang bisa menyempurnakan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Iman kepada malaikat, kitab-kitabNya, para Nabi, para Rasul, iman kepada hari akhiratqadha dan qadar. Ini merupakan ilmu yang paling utama. Ini adalah landasan. Maka jangan sampai kita sibuk menuntut ilmu yang sifatnya kurang penting lalu kita lalaikan ilmu-ilmu yang kurang penting.

Menambah ilmu lebih dipentingkan oleh orang yang berakal dari pada mengingat ilmu itu sendiri. Jangan sampai kita ridho dengan ilmu yang kita miliki dan tidak ada lagi keinginan untuk menambah ilmu lagi. Maka hendaknya kita mencurahkan perhatian kita kepada ilmu. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selalu meminta kepada Allah, agar diberikan ilmu setiap harinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selalu berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih)

Ilmu adalah hiasan ketika kita senang. Dengan ilmu, kita menjadi orang yang tahu bagaimana kita harus bersikap. Yaitu dengan bersyukur kepada Allah. Sehingga ketika diberikan kesenangan, kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, kita gunakan untuk mentaati Allah subhanahu wa ta’ala, kita gunakan untuk membantu orang yang membutuhkannya, kita gunakan untuk kebaikan demi kebaikan. Ini semua bisa dilakukan dengan ilmu. Sehingga kesenangan itu menjadi keindahan. Kenikmatan yang Allah berikan kepada kita benar-benar kenikmatan yang hakiki. Karena kita gunakan itu semua untuk mentaatiNya.
Dengan ilmu pula, keselamatan disaat kesulitan. Dengan ilmu, saat kita menghadapi kesulitan bisa segera menyerahkan urusan kepada Allah, kita bertawakal kepada Allah, lalu menguatkan kesabaran kita. Karena kita yakin dengan ilmu kita, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari kesulitan dan kesusahan kecuali Allah subhanahu wa ta’ala yang maha kuasa.
Disaat kesempitan itu, sebuah keselamatan bagi kita. Dengan ilmu, kita tidak menghalalkan segala cara. Berapa banyak orang yang disaat sulit, gelap mata. Akhirnya tidak peduli lagi dengan halal dan haram serta menjadikan kesulitan menjadi mala petaka untuk dirinya.
Siapa yang terus menuntut ilmu maka akan bertambahlah ilmunya. Sebagaimana orang yang memiliki sifat halim (tidak mudah terbawa emosi), akan terus bertambah kemuliaan dia. Maka kita berusaha agar setiap hari dalam menuntut ilmu. Baik itu dengan duduk di majelis ilmu ataupun dengan mendengarkan ceramah-ceramah dari asatidzah yang kokoh keilmuannya beserta manhaj dan aqidahnya. Atau kita membaca kitab-kitab terpercaya dari para ulama. Jangan sampai ada satu hari ilmu kita tidak bertambah. Itu merupakan sebuah kerugian bagi kita.
Jika ada seseorang mepunyai kelebihan ilmu namun pada perkara ilmu yang buruk, maka ini membinasakan. Sebagaimana adab yang berlebihan tapi pada hal yang tidak diridhoi Allah. Ini juga merupakan hal yang merusak. Maka hati-hati, jangan sampai kita memiliki kelebihan ilmu, tapi bukan dalam kebaikan. Misalnya ilmu tentang aib-aib manusia. Tentu ini adalah ilmu yang sangat buruk.
Orang yang berakal tidaklah menuntut ilmu kecuali yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya secara bersama-sama. Dia tidak hanya sebatas menuntut ilmu akhirat saja tapi merusak dunianya, atau hanya menuntut ilmu dunia tapi merusak akhiratnya. Tentu ini membinasakan.
Jika ia diberikan rejeki oleh Allah bagian berupa ilmu, maka dia tidak akan bakhil untuk memberikan faidah kepada orang lain. Jangan sampai ketika kita diberikan oleh Allah berupa ilmu, ternyata kita menjadi orang yang bakhil. Orang yang tidak mau memberikan faidah kecuali dengan pemberian sedikit uang. Tentu ini tercela. Kita harus berusaha dermawan dengan ilmu. Allah subhanahu wa ta’ala mencela orang-orang Yahudi yang bakhil dengan ilmu dan harta.
Tidak pernah ada orang yang bakhil dengan ilmu, kecuali dia tidak akan bisa mengambil manfaat dengan ilmunya. Sebagaimana air yang ada di dalam bumi tidak bisa dimanfaatkan kalau ia tidak keluar. Maka dari itu, hendaknya kita berusaha untuk menjadi orang yang terus menuntut ilmu dan orang yang terus menyampaikan dan menyebarkan ilmu. Ini merupakan amalan yang agung.
DUA JENIS MANUSIA
Abu Darda berkata, “manusia hanya ada dua jenis, yaitu orang yang berilmu atau orang yang menuntut ilmu. Adapun selain dua ini tidak ada kebaikannya sama sekali.” Orang yang tidak berilmu dan tidak mau menuntut ilmu tidak memiliki kebaikan sama sekali. Dia hanya akan menjadi orang yang terus mengikuti syahwat dan hawa nafsu bagaikan binatang ternak. Orang yang tidak berilmu, tidak pula menuntut ilmu menunjukkan kalau dia tertipu dengan kehidupan dunia.

SIMAK PENJELASAN LENGKAP KAJIAN TENTANG ANJURAN UNTUK SEMANGAT MENUNTUT ILMU – KITAB RAUDHATUL UQALA WA NUZHATUL FUDHALA




0 komentar:

Posting Komentar